Tuesday, January 10, 2012

ILMU JARH WA AL TA'DIL

 
BAB I
Pendahuluan
Bila melihat fenomena jarh dan ta'dil saat ini, sungguh penulis sangat prihatin. Orang begitu mudah menjarh orang lain tanpa didasari ilmu. Baik alasannya, karena beda golongan, pemahaman maupun takut tersaingi. Dengan demikian pihak yang dijarh sangat dirugikan. Kenapa? Karena dengan ia dijarh, ia dijauhi sahabat-sahabatnya ataupun murid-muridnya, bahkan ta'lim pun yang biasa ia bisa bubar.
Selain itu dia (yang suka menjarh) belum tentu terpenuhi syarat-syarat sebagai penjarh. Atau bahkan dalam dirinya juga terdapat perbuatan yang menjadikannya ia dijarh. Bagaimana ia akan menjarh orang lain sedang dalam dirinya terdapat perbuatan yang menjadikan ia dijarh?
Kalau memang orang yang dijarh memang melakukan perbuatan yang menyebabkan ia dijarh sudahkah ia klarifikasi? Kalau sudah, sudah kah ia menasehatinya, agar ia bertaubat? Bila hal ini dilakukan sudah barang tentu tidak akan terjadi jarh secara serampangan. Sehingga dengan makalah ini penulis ingin menjelaskan kepada siapa saja yang menginginkan pengetahuan seputar pembasan al-jarh dan at-ta'dil. Diharapkan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

PEMBAGIAN HADIST DARI KUALITAS DAN KUANTITAS RAWI



PEMBAGIAN HADIST
A.      PENDAHULUAN
HADIST DITINJAU DARI SEGI KUANTITASNYA
Ulama  berbeda  pendapat  tentang  pembagian hadist,  ditinjau dari segi kuantitas  atau  jumlah  rawi  yang  menjadi   sumber  berita  ini.  Di   antara   mereka   ada   yang    mengelompokkan   menjadi   3  bagian ,  yakni   Hadist  Mutawatir ,  Masyhur ,  dan Ahad.  Dan  ada  juga  yang  membaginya  hanya  menjadi  dua, yakni  Hadist  Mutawatir dan Ahad.
1.        Hadist Mutawatir
Pengertian Hadist Mutawatir
Mutawatir  menurut  bahasa  berarti  mutatabi  yakni  yang datang berikut dengan  kita , atau  yang  beriring-iringan   antara  satu  dengan  yang   lainnya  dengan  tidak  ada jaraknya.
Sedangkan pengertian hadist Mutawatir menurut istilah, terdapat formulasi definisi, antara lain :
§   " Hadist  yang  diriwayatkan  oleh  sejumlah  orang  besar  yang menurut adat mustahil mereka bersepakat terlebih dulu berdusta".